Bahasa Sunda adalah bahasa yang kaya. Bahasa daerah yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Provinsi Jawa Barat ini memiliki ragam bahasa yang bervariasi, mulai dari undak-usuk basa hingga dialek kedaerahan yang berbeda. Jika kamu tertarik untuk belajar bahasa Sunda, jangan lewatkan lima poin penting berikut ini.
Undak-Usuk Basa
Salah satu keunikan dari bahasa Sunda adalah hadirnya undak-usuk basa, yakni tingkatan berbahasa dan pemilihan kosakata yang disesuaikan dengan keakraban dan rasa hormat pada orang yang diajak bicara. Terdapat tiga tingkatan dalam undak-usuk basa, yakni basa lemes untuk orang yang dihormati, basa loma untuk teman sebaya yang sudah akrab, serta basa kasar yang biasanya ditujukan untuk hewan.
Berikut adalah beberapa contoh dalam undak-usuk basa Sunda.
Bahasa Indonesia | Basa Lemes | Basa Loma | Basa Kasar |
Saya | Abdi/Simkuring | Urang | Aing |
Kamu | Anjeun/Salira | Didinya | Maneh |
Makan | Tuang | Dahar | Nyatu |
Pergi | Angkat | Indit | Indit |
Pulang | Mulih | Uih | Balik |
Meninggal | Ngantunkeun | Maot | Paèh |
Kata Sapaan yang Tepat
Bahasa Sunda memiliki sejumlah kata sapaan yang ditujukan untuk orang-orang tertentu. Kata sapaan tersebut awalnya berasal dari sebutan untuk anggota keluarga atau saudara. Namun, beberapa kata sapaan juga digunakan dalam konteks yang lebih luas untuk orang-orang yang tidak memiliki hubungan darah.
Dua sapaan bahasa Sunda populer adalah “Aa” dan “Teteh” yang setara dengan “Mas” dan “Mbak” dalam bahasa Jawa atau Indonesia. Beberapa kata sapaan lain yang sering digunakan adalah Abah/Ema untuk bapak dan ibu atau orang yang dituakan, Amang/Bibi untuk menyapa orang yang lebih muda dari orang tua kita, serta Akang yang setara dengan Aa, tetapi digunakan untuk orang yang lebih dihormati.
Pelafalan Aksara è, e, dan eu
Bahasa Sunda memiliki hurup vokal yang lebih banyak dari bahasa Indonesia, yakni dengan tambahan “è” pèpèt yang diucapkan seperti menyebut kata ‘pena’ dan fonem “eu” yang dilafalkan dalam kata “peuyeum”. Sementara itu, huruf vokal “e” tanpa embel-embel apa pun diucapkan seperti menyebut kata ‘pedang’.
Perbedaan lafal ketiga aksara tersebut cukup menyulitkan bagi pembelajar bahasa Sunda. Namun, kamu bisa mengingatnya dengan melafalkan satu kata: “bèntenkeun” yang berarti “bedakan”. Kata tersebut sudah mengandung ketiga jenis aksara è, e, dan eu.
Kata Salam saat Bertemu dan Berpisah
Seperti halnya bahasa Inggris yang memiliki istilah Greeting dan Parting, bahasa Sunda juga memiliki kata salam khusus yang digunakan saat bertemu maupun berpisah dengan orang lain.
Meski sudah jarang digunakan dalam konteks sehari-hari, kata salam yang pantas dalam bahasa Sunda adalah sampurasun yang dijawab dengan rampes. Selain itu, bahasa Sunda juga memiliki sapaan yang disesuaikan dengan waktu, seperti wilujeng enjing (selamat pagi), wilujeng siang (selamat siang), wilujeng sonten (selamat sore), dan wilujeng wengi (selamat malam).
Saat menyapa teman—terutama yang sudah lama tidak bertemu, kamu bisa memulai sapaan dengan kalimat “Kumaha damang?” yang bermakna menanyakan kabar. Kata yang digunakan untuk menjawabnya adalah saè atau pangestu. Sementara itu, untuk sapaan berpisah, kalimat yang paling umum digunakan adalah “Mangga, tipayun” yang bermakna mohon pamit secara sopan.
Kosakata Umum untuk Sehari-hari
Terakhir, tetapi tidak kalah penting, jangan lewatkan sederet kosakata umum bahasa Sunda yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Kosakata Umum dalam bahasa Sunda | |
terima kasih | nuhun/hatur nuhun |
sama-sama | sami-sami/sawangsulna |
maaf |
hapunten (bahasa lemes) hampura (bahasa loma) |
permisi | punten |
bagaimana | kumaha |
apa | naon |
kapan | iraha |
ke mana | ka mana |
Mengapa | naha |
siapa | saha |
Iya | muhun |
tidak | henteu |
Itulah beberapa hal penting yang harus selalu diingat saat kamu sedang belajar bahasa Sunda. Selamat belajar!