Penggunaan Kapak Perimbas
RomaDecade

Mengenal Kapak Perimbas, Peninggalan Manusia Purba

Posted on

Kapak perimbas merupakan kapak genggam berbentuk masif yang terbuat dari batu. Kapak ini hanya memiliki satu sisi mata yang tajam dan tidak memiliki gagang layaknya kapak pada umumnya. Kapak yang ditemukan di wilayah Pacitan, Sumatera Selatan, Lampung, Flores, dan Bali ini digunakan untuk berburu, mengumpulkan makanan, dan kegiatan lainnya.

Sejarah Kapak Perimbas

Sejarah Kapak Perimbas
satujam.com

Penemuan kapak perimbas di Pacitan menjadi awal mula penelitian artefak di seluruh Nusantara, seperti Kalianda di Lampung, Lahat di Sumatera Selatan, Cabbege di Sulawesi Selatan, Sembira dan Trunyan di Bali, Batutring di Sumbawa, Awalbangkal di Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.

Lantaran Pacitan menjadi daerah dengan jumlah penemuan kapak parimbas terbanyak, Heekeren membagi temuannya  menjadi tiga jenis, yakni tipe serut samping, tipe kura-kura, dan tipe setrika.

Kapak tipe serut samping memiliki bentuk tidak teratur dan tajam di salah satu bagian, sedangkan tipe kura-kura memiliki bentuk yang menyerupai namanya. Penampangnya berbentuk bulat dengan permukaan yang agak meninggi di bagian atasnya. Sementara tipe setrika memiliki penampang bentuk cembung dengan penyerpihan tegas.

Penggunaan Kapak Perimbas

Penggunaan Kapak Perimbas
RomaDecade

Menurut tingkat sosial, penggunaan kapak perimbas di bagi ke dalam empat masa, yakni masa berburu, masa mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

Pada masa berburu kehidupan manusia purba masih nomaden sehingga siklus hidupnya hanya bergantung pada hasil buruan. Manusia purba yang menggunakannya di masa ini, antara lain Megantrhopus Paleojavanicus, Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, Homo Wajakensis, Homo Erectus, dan Homo Sapiens.

Ketika manusia telah mengerti cara bertahan hidup dengan berburu, dibutuhkan alat untuk mendukung kegiatannya. Salah satunya adalah dengan membuat kapak perimbas. Kapak ini dibuat dengan meruncingkan batu di satu sisi, sisanya digunakan sebagai pegangan. Untuk membuatnya dibutuhkan dua batu. Kapak yang juga dikenal dengan nama chopper atau kapak penetak ini memiliki dua fungsi.

Artikel Menarik:  Homo Wajakensis: Sejarah Penemuan dan Ciri-cirinya

Fungsi pertama, yakni pada bagian taajam digunakan untuk memotong, membelah, ataupun untuk memilah bahan makanan. Sementara fungsi kedua, yakni bagian tumpul yang menjadi genggaman berfungsi untuk menumbuk tanaman, biji-bijian, ataupun serat yang berasal dari pohon. Serat dari pohon tersebut nantinya akan diolah atau diubah menjadi pakaian.

Jenis batu yang digunakan dalam pembuatan kapak cukup mudah ditemukan pada masa itu. Beberapa jenis yang biasa digunakan, antara lain batuan kuarsit, basal kuarsa, dan batu rijiang.

Sebenarnya, fungsi dari kapak ini masih diperdebatkan. Kendati demikian, cukup banyak teori yang menyebutkan bahwa manusia purba tidak hanya menggunakan kapak ini untuk berburu saja, melainkan juga untuk menumbuk, memotong, menangkap ikan, dan bertahan hidup.

Ada dua teori yang paling terkenal, yakni Teori L. Binfors dan Teori P. Shipman dan R. Potss. Dalam teorinya, Binfors menyebutkan bahwa pada zaman poleolitikum manusia belum berburu hewan. Pada masa itu, manusia hanyalah sebagai pengais, sedangkan yang berburu adalah hewan karnivora, lalu manusia sebagai pengais. Singkatnya, kapak perimbas hanya digunakan untuk memotong daging hewan buruan karnivora.

Sementara P. Shipman dan R. Potss dalam teorinya menyebutkan bahwa kapak perimbas digunakan manusia purba zaman batu untuk memulung daging buruan karnivora. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti berupa tulang dengan tanda gigi di sisa tulang makanan.

Demikianlah informasi mengenai kapak perimbas yang perlu kamu ketahui. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jika kapak perimbas memiliki pengaruh kuat pada zaman poleolitikum. Yuk, bagikan artikel ini!

Artikel Menarik:  Yuk, Mengenal Kerangka Manusia Lebih Dekat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *