Rumah Adat Papua Barat
idntimes.com

3 Rumah Adat Papua Barat Dengan Pesona Alam yang Khas

Posted on

Rumah Adat Papua Barat – Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang mempunyai berbagai jenis suku dan budaya seperti . Keanekaragaman tersebut bisa dilihat dari rumah adat yang mempunyai karakteristik dan ciri khas di setiap daerahnya.

Rumah adat merupakan bangunan dengan desain, bentuk, cara pembuatan, fungsi dan ragam hias yang sudah diwariskan secara turun temurun sebagai tempat tinggal oleh penduduk sekitarnya.

Pada tahun 2003, Papua dibagi menjadi 2 Provinsi, yakni Papua Barat ibukota Manokwari dan Papua ibukota Jayapura.

Sekarang terdapat 255 suku di Papua dengan memiliki bahasa yang berbeda-beda. Keragaman dari suku di Papua terlihat dari beberapa rumah adat yang mempunyai ciri khas sesuai suku.

Macam – Macam Rumah Adat Papua Barat

Macam-Macam Rumah Adat Papua Barat
econusa.id

Ibukota Papua Barat terletak di Manokwari, tetapi pusat bisnisnya terletak di Sorong.

Meskipun di perkotaan, akan tetapi saat ini masih dapat menemukan beberapa rumah adat Papua Barat yang paling terkenal. Beberapa rumah adat tersebut di antaranya sebagai berikut. 

1. Rumah Adat Honai Papua Barat

Rumah Adat Honai Papua Barat
wikimedia.org

Rumah adat honai khas Papua Barat ini nggak bisa di jumpai di seluruh Papua, namun bisa di temui di lembah dan pegunungan bagian tengah Papua Barat.

Rumah adat ini diduduki oleh suku Dani yang tinggal di lembah Baliem (Wamena), suku Lani tinggal di Pegunungan Toli dan suku Papua asli lainnya.

Sementara itu, rumah adat ini sengaja dibuat berkelompok sebab satu keluarga tentu membutuhkan lebih dari satu rumah untuk anak yang sudah dewasa. Ukuran tingginya sekitar 2 sampai 2,5 m dan memiliki 2 lantai.

Artikel Menarik:  5 Keunikan Dibalik Indahnya Rumah Adat Limas

Biasanya lantai pertama berfungsi untuk tempat tidur dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat beraktivitas, ruang santai, ruang makan, tempat dan lain sebagainya.

2. Rumah Adat Papua Barat Ebeai

Rumah Adat Papua Barat Ebeai
adatindonesia.org

Ebeai merupakan salah satu rumah adat yang berasal dari Papua Barat yang digunakan untuk mendidik kaum wanita yang beranjak dewasa. Rumah adat ini di duduki oleh anak perempuan, anak laki laki dan ibu.

Nantinya seorang ibu akan mengajarkan banyak hal yang dihadapi oleh anak perempuan saat waktunya untuk menikah.

Sedangkan anak laki laki cuma tinggal di ebeai untuk sementara waktu dan saat mulai dewasa maka akan pindah ke rumah honai laki laki dewasa. Bentuk atap rumahnya bulat yang dibuat dengan menggunakan alang alang atau jerami.

Ukurannya beragam mulai 5 m hingga 7 m. Kemudian untuk tiangnya dibuat menggunakan belahan kayu atau papan, rotan, tali hutan atau akar dan  kayu.

Adapun filosofis yang dimiliki rumah adat ini, di antaranya yaitu:

  • Pemersatu kelompok, menurut suku Dani dengan bentuk bulat dan melingkar penghuni rumah tersebut akan saling membantu antara satu dengan yang lain.
  • Lambang kesatuan, selain rasa persatuan rumah adat ini dijadikan juga untuk selalu setujuan, sehati dan satu pemikiran dalam melakukan pekerjaan.
  • Status harga diri, martabat dan harga diri sebuah hal yang penting bagi suku dani, jadi rumah adat pun menampilkan martabat bagi kaum mereka.

3. Rumah Kaki Seribu

Rumah Kaki Seribu
hutanPapua.id

Rumah adat asli dari suku Arfak yang berada di kabupaten Manokwari, Papua Barat. Bahkan rumah adat ini disebut juga dengan nama Mod Aki Aksa atau Igkojei.

Rumah berbentuk panggung ini tentu saja harus memiliki banyak tiang pondasi rumah yang tersebar di seluruh bagian bawah rumah dan tumpuan utama bangunan. Hal tersebutlah mengapa rumah adat ini dinamakan rumah kaki seribu.

Artikel Menarik:  Makanan Khas Jawa Tengah: Nikmati Kelezatan Kuliner Nusantara

Artikel terkait: Alat Musik Gender

Fakta Rumah Adat Kaki Seribu Papua Barat

Fakta Rumah Adat Kaki Seribu Papua Barat
ruangarsitek.id

Sama seperti rumah adat lainnya yang memiliki fakta menarik dan ciri khasnya masing-masing. Nah begitu juga dengan rumah adat kaki seribu kaki yang memiliki fakta menarik dibalik keindahannya, antara lain yaitu:

1. Resmi Menjadi Warisan Budaya Indonesia

Pada tahun 2016, rumah adat ini sudah resmi ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Indonesia. Bahkan rumah adat ini termasuk kemahiran dan kerajinan tradisional orang Arfak yang tinggal di Papua Barat.

Penetapan rumah adat ini berfokus terhadap pelestarian, sebab sudah hampir nggak dapat ditemukan di kota Manokwari. 

2. Memiliki Nama Selain Rumah Kaki Seribu

Ternyata masyarakat Suku Arfak mempunyai sebutan nama tersendiri untuk menyebut rumah adat kaki seribu.

Pada Suku Hatam biasanya menyebutkan Igmam yang terdiri dari dua kata yaitu “ig” artinya rumah dan “mam” artinya orang asli pedalaman.

Jadi Imam berarti rumah orang pedalaman atau masyarakat yang bertempat tinggal jauh dari pantai.

Sementara itu bagi suku Sough menyebutnya Tu Mesin dan Suku Meyah menyebutnya dengan nama Mat Aki Aksa. Selain itu Rumah adat ini juga dikenal luas dengan nama Mod Aki Aksa atau Igkojei, artinya rumah dengan kaki tinggi.

Bahan dan Proses Membuat Rumah Honai

Bahan dan Proses Membuat Rumah Honai
ruangarsitek.id

Honai terbuat dari bahan yang didapatkan dari alam. Berikut ini ada beberapa bahan yang dibutuhkan dalam membuat honai, misalnya seperti: 

  • Papan cincang, yakni ujung papan yang runcing seperti tombak fungsinya sebagai dinding.
  • Balok kayu berfungsi untuk tiang utama penyangga atap.
  • Kayu buah untuk rangka penutup atap.
  • Lokop atau pinde, sejenis bambu kecil panjang berfungsi untuk alas tidur.
  • Rumput (alang-alang) sebagai penutup atap.
  • Tali rotan, akar pohon dan sulur berfungsi untuk mengikat.
Artikel Menarik:  Nih, Kenalin 8 Jenis Alat Musik Gamelan Khas Jawa

Proses pembuatannya nggak dilakukan sendirian, namun bergotong-royong. Saat membangunnya, pemilik rumah tersebut akan mengundang kerabat dan saudaranya.

Setiap orang yang diundang akan diajak melakukan tradisi bakar batu (makan bersama). Untuk membangunnya, masyarakat akan menggali tanah dalam bentuk melingkar yang berfungsi sebagai tempat untuk menancapkan papan cincang.

Bahkan galian tersebut sengaja dibuat  agar tiang nggak mudah lapuk sebab resapan air. Setelah papan cincang ditancapkan maka diikat menggunakan tali rotan, sulur dan akar pohon sehingga berdiri kokoh.

Setelah itu, masyarakat membuat rangka atap menggunakan kayu buah, fungsinya untuk meletakkan rumput dan alang-alang sebagai atap. Alang-alang yaitu bahan yang cepat membusuk, jadi membutuhkan pengasapan untuk memperlama pembusukannya.

Selagi dibangun oleh para pria, para wanita pun menganyam lokop atau pinde yang  dibentuk sebagai tikar untuk alas tidur. Biasanya tikar tersebut dilengkapi dengan rumput-rumput kering supaya lebih hangat.

Selain itu, terdapat sebuah tungku api yang dibangun di dalam rumah fungsinya sebagai penghangat ruangan dan tempat untuk membakar ubi. Pada umumnya, rumah adat ini bertahan selama 4 sampai 5 tahun.

Kalau sudah nggak dapat digunakan lagi, maka masyarakat suku Dani harus membangunnya kembali dengan proses yang sama.

Gimana? Tertarik untuk melihat rumah adat Papua adat Barat secara langsung? Namun sebelum datang, tepat kan waktu yang tepat sebab bisa melihat Festival Lembah Baliem yang akan diselenggarakan.

Festival tersebut pertunjukan seni budaya dari masyarakat Pegunungan Tengah Papua. Pada umumnya, festival ini sudah lama berlangsung sekitar tahun 1989 di setiap bulan Agustus yang bertepatan dengan bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Terima kasih atas kunjungan Anda.