Tengahviral.com, Luwu – Di tengah hiruk-pikuk pelayanan publik di Polres Luwu, Sulawesi Selatan, sosok Bripka Samrah menonjol dengan senyum ramahnya. Di balik seragam polisi wanita yang ia kenakan, Samrah adalah gambaran nyata dari ketangguhan dan dedikasi. Ia tidak hanya menjalankan perannya sebagai aparat negara yang melayani masyarakat, tetapi juga sebagai seorang ibu, pedagang kecil, dan petani yang tak kenal lelah.
Setiap hari, Samrah bertugas di unit pelayanan kepolisian, dengan teliti memeriksa dokumen dan berkas warga, memastikan setiap proses berjalan lancar. Keakraban dengan warga semakin terasa saat ia berkomunikasi menggunakan dialek daerah, menciptakan suasana yang nyaman dan personal. Misna, salah seorang warga yang dilayani, memuji kelancaran pelayanan, “Pelayanan di Polres Luwu ini alhamdulillah lancar. Saya urus SIM dituntaskan, tidak perlu bolak-balik.”
Banyak warga yang merasa begitu terbantu dengan sikap ramah Samrah hingga tak jarang mereka meminta berfoto bersama. Seperti yang diungkapkan Misna, “Nyaman dengan pelayanannya makanya saya minta untuk foto bareng sebelum meninggalkan kantor Polres Luwu.” Dedikasi Samrah dalam melayani masyarakat membuatnya menjadi figur yang dicintai dan dihormati di kalangan warga Luwu.
Kehidupan di Luar Seragam: Antara Keluarga, Berdagang, dan Bertani
Setelah melepas seragam dinas, Bripka Samrah kembali ke peran gandanya di rumah. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang cekatan. Dengan tiga anaknya yang masih kecil, Samrah pandai membagi waktu antara mengurus keluarga dan menjalankan usaha kecil-kecilannya. “Subuh-subuh saya sudah bangun. Sambil shalat, saya urus anak, memompa ASI, lalu menyiapkan bahan dagangan,” ujarnya. Ia berjualan aneka jajanan sederhana seperti bakwan, siomai, dan minuman anak-anak.
Meskipun keuntungan dari jualannya tidak seberapa, sebagian hasilnya ia sisihkan untuk berbagi dengan warga yang membutuhkan, mencerminkan jiwa sosial yang tinggi. “Kalau ada keluarga atau orang lewat, sering saya kasih gratis. Rezeki itu kan bukan hanya untuk kita sendiri,” tuturnya.
Tak hanya berdagang, Samrah juga turun langsung ke kebun dan sawah bersama suaminya di sela-sela waktu luang. Ia menanam jagung, cabai, serta merawat pohon cengkeh dan kakao. Pengalaman ini bukan hal baru baginya. “Dari kecil saya memang anak petani, jadi sudah terbiasa bekerja di sawah,” jelas Samrah. Baginya, bertani adalah hobi yang membuatnya tetap membumi dan menghargai kerja keras. Ia juga melihatnya sebagai peluang, terutama dengan harga komoditas yang sedang bagus. “Semua bisa jadi uang asal mau kerja keras,” tambahnya.
Cita-cita yang Terwujud dan Pesan Inspiratif
Perjalanan hidup Samrah tidaklah mudah. Ia pernah putus sekolah karena kendala ekonomi, namun impiannya menjadi polisi tidak pernah padam. Lewat kegiatan Pramuka Saka Bhayangkara, ia semakin memantapkan langkahnya hingga akhirnya berhasil mengenakan seragam Polwan.
Kini, di tengah rutinitas padat sebagai aparat negara dan tulang punggung keluarga, Samrah tetap menjalani perannya dengan tulus, didukung penuh oleh suami dan semangat anak-anaknya. “Alhamdulillah, sejauh ini semua berjalan lancar tanpa mengganggu tugas pokok sebagai polisi. Yang penting pandai membagi waktu,” jelasnya.
Bagi Samrah, Hari Polwan bukan sekadar seremonial. Ia menganggapnya sebagai pengingat akan tanggung jawab ganda yang diemban. Ia memiliki pesan kuat untuk para wanita. “Pesan saya untuk para wanita, tetap semangat. Apa sih yang tidak bisa kalau kita kerja keras dan berdoa? Insya Allah hasilnya tidak akan mengkhianati usaha,” ujarnya.(*)