Tengahviral.com, Jakarta – Purbaya Yudhi Sadewa yang baru saja dilantik sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia berhasil mencetak gebrakan awal. Hanya empat hari setelah menjabat, ia mampu memulihkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lewat kebijakan kucuran dana jumbo untuk sektor perbankan.
Pria kelahiran Bogor, 7 Juli 1964 ini sempat menuai sorotan publik lantaran gaya komunikasinya yang disebut “koboi”. Meski begitu, langkah cepatnya dalam mengalirkan dana Rp 200 triliun ke perbankan mendapat sambutan positif dari pasar. IHSG pada Kamis (11/9/2025) ditutup menguat 0,64 persen atau naik 48,90 poin ke level 7.747,91. Sebanyak 408 saham tercatat menguat, 263 saham melemah, dan 135 stagnan.
Dana Rp 200 triliun tersebut akan mulai disalurkan ke enam bank milik negara pada Jumat (12/9/2025). Purbaya menegaskan bahwa injeksi likuiditas ini ditujukan untuk memperkuat penyaluran kredit, bukan untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) maupun Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Skema Kucuran Dana untuk Perbankan
Dalam keterangannya di Kompleks DPR RI, Kamis (11/9/2025), Purbaya menjelaskan bahwa pemerintah tengah menyiapkan skema penyaluran dana yang ditempatkan di rekening pemerintah di bank-bank Himbara.
Enam bank yang akan mendapat aliran dana tersebut yaitu Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Indonesia (BSI), dan Badan Syariah Nasional (BSN).
“Harusnya cepat, malam ini saya tanda tangan, besok mulai masuk ke bank-bank itu,” ujar Purbaya.
Ia menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan likuiditas sistem perbankan sehingga kredit dapat kembali bergairah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Respons Pasar dan Penegasan Larangan
Purbaya menekankan bahwa dana Rp 200 triliun tersebut tidak boleh dialokasikan untuk pembelian SBN maupun SRBI. Meski demikian, pihak bank diberi keleluasaan penuh untuk menyalurkan likuiditas tersebut selama tidak menyalahi aturan yang ditetapkan.
“Kita sudah bicara dengan pihak bank, jangan beli SBRI atau SBN. Suka-suka banknya, yang penting likuiditas masuk ke sistem,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Purbaya mengungkapkan bahwa Kementerian Keuangan memiliki dana sekitar Rp 430 triliun yang selama ini mengendap di Bank Indonesia. Dari jumlah itu, Rp 200 triliun akan dipindahkan ke sistem perbankan sebagai langkah strategis mempercepat perputaran uang di masyarakat.
Julukan Menteri Koboi
Kebijakan agresif Purbaya turut diwarnai dengan kontroversi gaya komunikasinya. Dalam rapat perdananya di DPR, ia menyebut dirinya kerap berperilaku “koboi” ketika masih menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Pernyataan ini langsung mendapat tanggapan anggota DPR RI Komisi XI, Melchias Markus Mekeng. “Pak Menteri, boleh koboi, tapi ada isinya,” ujar Mekeng, menegaskan bahwa langkah-langkah Menkeu harus menghadirkan kebijakan nyata, bukan sekadar pernyataan kontroversial.
Menanggapi hal tersebut, Purbaya menyatakan siap berpegang pada pidato resmi yang telah dipersiapkan stafnya dan tidak lagi memberikan pernyataan bebas yang bisa menimbulkan interpretasi berlebihan.
Latar Belakang Pendidikan dan Harapan Baru
Purbaya Yudhi Sadewa bukan sosok baru di dunia ekonomi. Ia merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Elektro, kemudian melanjutkan studi hingga meraih gelar M.Sc dan Ph.D bidang Ilmu Ekonomi dari Purdue University, Amerika Serikat.
Dengan latar belakang akademik dan pengalaman panjang di sektor ekonomi, publik menaruh harapan agar kebijakan yang ditempuhnya bisa memberikan solusi nyata bagi tantangan ekonomi nasional. Mekeng bahkan membandingkan dengan kebijakan “out of the box” yang pernah dilakukan almarhum Rizal Ramli ketika menjabat Menko Perekonomian.
Kini, semua mata tertuju pada langkah-langkah lanjutan yang akan diambil Menkeu Purbaya, apakah akan konsisten menghadirkan kebijakan inovatif yang berdampak positif pada perekonomian Indonesia.(*)