Tengahviral.com – Ajang Miss Universe Jepang 2025 menjadi sorotan publik setelah menghadirkan sosok yang tak biasa. Junko Sakai, perempuan berusia 66 tahun, berhasil mencatatkan sejarah sebagai finalis tertua sekaligus peraih gelar Miss Congeniality. Kehadirannya bukan hanya mengejutkan, tetapi juga memberi pesan mendalam tentang keberanian, percaya diri, dan arti kecantikan di segala usia.
Fenomena ini menarik perhatian luas, mengingat kontes kecantikan bergengsi tersebut selama bertahun-tahun identik dengan peserta muda berusia 18 hingga 28 tahun. Namun, Sakai hadir mematahkan stereotip itu. Dengan gaun merah muda berkilau dan sepatu hak setinggi 16 sentimeter, ia melangkah penuh percaya diri di panggung besar yang biasanya hanya dikuasai generasi muda.
Sorak tepuk tangan penonton mengiringi langkahnya. Meski penampilannya hanya berlangsung kurang dari satu menit, Sakai mengaku merasakan kebahagiaan luar biasa. “Aku adalah bintangnya. Itu adalah momennya aku,” ungkapnya, seperti dikutip dari The Asahi Shimbun (16/9/2025).
Perjalanan Panjang Seorang Ibu Rumah Tangga
Junko Sakai lahir di distrik Jinbocho, Tokyo, Jepang. Selama lebih dari 30 tahun, ia mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga penuh waktu, membesarkan satu putra dan tiga putri. Dari kehidupannya yang penuh pengorbanan, ia akhirnya menemukan jalan baru dua tahun lalu ketika mengetahui bahwa Miss Universe Jepang telah membuka kesempatan bagi siapa saja, tanpa batasan usia atau status pernikahan.
Keputusan Sakai terjun ke dunia kontes kecantikan mendapat dukungan besar dari keluarganya. Suaminya bahkan memberi dorongan agar ia mengejar mimpi pribadi. “Kamu sudah membesarkan empat anak dan selalu mendahulukan orang lain. Sekarang saatnya melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri,” kata sang suami.
Semula, Sakai khawatir anak-anaknya menolak langkahnya. Namun, justru sebaliknya, mereka mendukung penuh keputusan ibunya. Hal ini membuat Sakai semakin yakin bahwa pandangan orang lain bukanlah halangan untuk terus melangkah.
Tantangan Fisik dan Mental
Mengikuti pelatihan Miss Universe Jepang tentu bukan perkara mudah. Dari April hingga Juli, Sakai menjalani latihan intensif bersama peserta lain yang mayoritas berusia 20-an. Ia sempat kesulitan menghafal pidato dan tertinggal saat latihan tari, tetapi tekad dan dedikasinya membuat ia terus berusaha.
Dari sisi fisik, ia juga menghadapi tantangan. Berat badannya pernah naik hingga 80 kilogram saat hamil, meninggalkan bekas kulit kendur dan keriput di tubuhnya. Meski demikian, Sakai tetap percaya diri. Dalam sesi busana renang, ia mengenakan one piece, meskipun permintaannya untuk memakai stoking ditolak. “Keriput di kaki tidak bisa dihilangkan dengan skincare. Tapi kalau kita membawa diri dengan percaya diri, kita akan terlihat lebih cantik,” ujarnya.
Kehangatan para peserta muda juga membuat Sakai mendapat julukan “Mama Junko”. Mereka dengan penuh rasa hormat membantunya saat lupa posisi di panggung. Hubungan itu mencerminkan solidaritas lintas generasi dalam dunia kecantikan.
Menembus Semifinal dan Misi Baru
Perjuangan Sakai membuahkan hasil ketika ia berhasil mencapai babak semifinal Miss Universe Jepang 2025, meskipun tidak melangkah ke final. Prestasi itu tetap menjadi tonggak bersejarah, mengingat usianya jauh di atas rata-rata peserta lain.
Kini, Sakai menggunakan pengalamannya untuk memberi inspirasi bagi banyak orang. Ia aktif mengajar cara berjalan dengan sepatu hak tinggi dalam berbagai acara, baik yang diselenggarakan pemerintah daerah maupun perusahaan. Muridnya sangat beragam, mulai dari mahasiswi yang bersiap untuk wawancara kerja hingga perempuan dengan disabilitas yang menggunakan tongkat.
“Lebih indah berjalan tegak dan menatap ke depan, daripada membungkuk karena terlalu memikirkan pandangan orang lain,” kata Sakai kepada para muridnya.
Baginya, kecantikan bukan hanya soal penampilan luar, tetapi juga tentang menanamkan semangat hidup penuh cahaya. “Aku ingin orang percaya bahwa mereka bisa benar-benar bersinar di usia 60 tahun ke atas, lewat pengalaman dan pembelajaran,” ucapnya.
Inspirasi bagi Generasi Muda dan Tua
Junko Sakai membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mengejar mimpi dan tampil percaya diri. Pesannya relevan, khususnya di Jepang, di mana perempuan sering dinilai hanya berharga saat masih muda. Dengan pengalamannya, ia ingin generasi muda hingga lansia percaya bahwa setiap tahap kehidupan memiliki nilai tersendiri.
“Aku ingin menjadi sosok yang dikagumi anak-anak muda,” tegasnya.
Cerita Sakai kini menjadi simbol keberanian perempuan modern yang berani menantang batasan sosial. Ia mengajarkan bahwa kecantikan sejati bersumber dari rasa percaya diri, pengalaman hidup, dan semangat untuk terus bersinar.(*)