Malaysia Diduga Tuding Indonesia soal Sanksi FIFA: Ungkapan “Who was in New York?” Jadi Sorotan

Arazone

Tengahviral.com, Jakarta – Pada 26 September 2025, FIFA resmi menjatuhkan sanksi terhadap Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi Malaysia. Sanksi tersebut berupa denda sebesar CHF 350.000 kepada FAM, serta denda CHF 2.000 dan larangan bermain selama 12 bulan kepada setiap pemain yang terlibat.

FIFA menyebut bahwa FAM diduga melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA terkait pemalsuan dokumen atau dokumen yang dimanipulasi dalam proses naturalisasi pemain.

Keputusan ini memicu reaksi kuat dari pihak Malaysia, terutama dari tokoh elite sepak bola negeri Jiran. Salah satu yang paling vokal adalah Tunku Ismail Idris, yang juga dikenal sebagai Tunku Mahkota Johor (TMJ). Ia mempertanyakan kejanggalan dalam proses sanksi tersebut dan menuduh adanya intervensi eksternal, termasuk dari pihak Indonesia.

“Siapa di New York?” — Sindiran TMJ dan Tuduhan kepada Indonesia

Dalam pernyataannya, TMJ sempat menyebut kalimat provokatif: “Siapa yang ada di New York?” Kalimat ini diinterpretasikan sebagai sindiran terhadap adanya pengaruh politik atau lobi yang terjadi di kota New York—tempat sejumlah pejabat tinggi dunia berkumpul, termasuk Presiden FIFA.

TMJ menduga bahwa keputusan sanksi FIFA diberikan terburu-buru dan tanpa alasan yang transparan. Ia juga mencatat bahwa sanksi itu diumumkan ke publik meskipun proses banding belum selesai.

Komentar ini sekaligus membawa nama Indonesia ke dalam pusaran tuduhan. Beberapa pihak Malaysia menduga bahwa Indonesia berperan dalam mempengaruhi keputusan FIFA, terutama karena ketua umum PSSI, Erick Thohir, dikenal memiliki hubungan dekat dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, dan sempat melakukan pertemuan di New York bersama Presiden RI Prabowo Subianto.

Sebelumnya, media Indonesia juga sempat memberitakan reaksi publik terhadap tudingan ini, termasuk pembelaan terhadap Erick Thohir.

Kronologi Naturalisasi dan Sanksi yang Dijatuhkan

Untuk memahami konteks tudingan ini, berikut kronologi singkat:

Proyek Naturalisasi Malaysia

Malaysia menjalankan kebijakan naturalisasi pemain asing agar dapat memperkuat skuad Harimau Malaya. Namun, proses ini dikritik karena dianggap melanggar regulasi.

Pertandingan Malaysia vs Vietnam

Tujuh pemain naturalisasi tersebut ikut bermain pada laga Malaysia melawan Vietnam dalam kualifikasi Piala Asia 2027 (10 Juni 2025). FIFA menerima protes terkait keabsahan kelayakan mereka.

Proses Hukum FIFA dan Sanksi

Setelah evaluasi dokumen, FIFA menyimpulkan terdapat pemalsuan dokumen, lalu menjatuhkan sanksi denda dan larangan bermain kepada pemain-terkait serta wewenang untuk mengajukan banding dalam waktu 10 hari.

Reaksi Malaysia dan Tuduhan Sabotase

TMJ dan sebagian media Malaysia menyebut ada “sabotase dari pihak luar” yang mempengaruhi keputusan FIFA. Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu pihak yang diuntungkan dengan sanksi itu.

Analisis: Apakah Tuduhan Malaysia Beralasan?

Dalam analisis,wajar untuk mempertanyakan tuduhan semacam itu, khususnya saat keputusan FIFA tersebut mengejutkan banyak pihak.

1. Bukti Konkrit Kurang Terbuka

TMJ menuding bahwa keputusan FIFA diumumkan publik sebelum proses banding selesai, dan bahwa tidak ada penjelasan rinci atas dasar keputusan tersebut. Tuduhan “ada yang di New York” lebih bersifat spekulatif tanpa bukti yang jelas saat ini.

2. Hubungan Indonesia–FIFA

Memang benar Erick Thohir pernah bertemu Presiden FIFA dan ada kedekatan diplomatik, namun tidak ada bukti kuat bahwa pertemuan itu mempengaruhi putusan sanksi. Todalan hubungan seperti itu cukup umum dalam diplomasi olahraga, tapi tidak selalu berarti intervensi hukum.

3. Preseden FIFA

FIFA selama ini memiliki sistem hukum internal, dan keputusan semacam sanksi biasanya melalui investigasi dan bukti dokumenter. Tidak mudah bagi satu negara untuk “mempengaruhi” keputusan tanpa jejak administrasi yang tertinggal.

4. Penilaian Pakar

Beberapa pengamat sepakat bahwa sanksi FIFA tidak sembarangan dijatuhkan. Dali Tahir, mantan anggota Komite Etik FIFA, menyebut bahwa dalam kasus seperti ini, FIFA cenderung sangat hati-hati dalam menginvestigasi dokumentasi dan mengikuti prosedur reguler.

Implikasi Bagi Indonesia

Meskipun Indonesia tidak secara resmi terlibat dalam kasus ini, tuduhan tersebut membawa beberapa konsekuensi:

  • Hubungan diplomatik olahraga bisa memanas jika tuduhan makin menyebar.
  • Citra PSSI dan Erick Thohir dapat dikritik oleh publik, khususnya di media sosial-negatif.
  • Reduan rivalitas ASEAN bisa meningkat jika tuduhan dianggap politis.

Namun, sejauh ini Indonesia belum membuat pernyataan resmi menanggapi tuduhan itu.

Reaksi dari PSSI / Indonesia

Berikut rangkuman tanggapan resmi atau pernyataan dari pihak PSSI terkait tuduhan tersebut:

Respons dari Exco PSSI (Arya Sinulingga)

Seorang anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, memberikan respons melalui media bahwa sanksi atas Malaysia adalah isu yang serius dan menegaskan bahwa “tidak mudah melakukan naturalisasi” di Indonesia, menyiratkan bahwa proses-proses semacam itu berjalan panjang dan penuh regulasi.

Dalam unggahannya, Arya juga membagikan tangkapan layar artikel resmi FIFA mengenai sanksi terhadap FAM dan tujuh pemain, yang menunjukkan PSSI mengikuti perkembangan kasus ini melalui sumber resmi.

Tidak Ada Pernyataan Menyebutkan Konspirasi atau Tuduhan Balik dari PSSI

Dari catatan yang tersedia hingga saat ini, tidak ada pernyataan resmi dari PSSI atau ketua umumnya (Erick Thohir) yang menyatakan bahwa Indonesia atau PSSI terbukti “terlibat” dalam sanksi FIFA tersebut. Respons yang muncul lebih bersifat netral atau menjauh dari tudingan, serta lebih berfokus pada menyikapi konteks sanksi dan penjelasan teknis.

Ungkapan “Tidak Mudah” Sebagai Upaya Menjawab Tuduhan

Dengan menyatakan bahwa “tidak mudah melakukan naturalisasi”, Arya seakan ingin menunjukkan bahwa tuduhan bahwa Indonesia ikut campur adalah penyederhanaan isu yang kompleks. Pernyataan tersebut bisa dianggap sebagai bentuk pembelaan implisit terhadap tuduhan bahwa Indonesia memanipulasi proses FIFA.

Tidak Ada Konfrontasi Lanjutan

Sejauh ini, PSSI belum mengeluarkan pernyataan keras atau klaim balik terhadap Malaysia atau TMJ. PSSI tampaknya memilih untuk tidak terperangkap dalam sikap agresif publik dan lebih berhati-hati dalam merespon isu tuduhan intervensi internasional.

Langkah Selanjutnya: Banding dan Klarifikasi

Malaysia melalui FAM menyatakan akan mengajukan banding terhadap keputusan FIFA. TMJ juga telah menyiapkan dokumen dari Jabatan Pendaftaran Negara untuk mendukung keabsahan para pemain naturalisasi dalam proses banding.

Selain itu, Malaysia mendorong agar proses banding dilakukan secara transparan agar tidak ada keraguan di kalangan publik.

Jika banding gagal, Malaysia harus menerima konsekuensi hukum dan reputasi dalam sepak bola internasional kemungkinan akan terluka.

Tuduhan Malaysia bahwa Indonesia ikut campur dalam sanksi FIFA terhadap mereka adalah tuduhan yang serius, namun sejauh ini belum didukung bukti kuat di ruang publik. Kalimat sindiran TMJ “Siapa yang ada di New York?” mencerminkan kecurigaan diplomatis, tetapi lebih bersifat retorika daripada fakta konkret.

Malaysia Tuding Indonesia soal Sanksi FIFA telah membuka bab baru kontroversi dalam sepak bola Asia Tenggara, terutama soal kepercayaan antar-negara di dunia olahraga. Ke depan, kebenaran akan lebih jelas ketika proses banding selesai dan bukti-bukti resmi dipublikasikan.(*)

Bagikan artikel ini
Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version