Tengahviral.com, Jakarta – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, kesepian menjadi salah satu persoalan sosial yang kian terasa. Tidak sedikit pasien di rumah sakit harus menjalani perawatan tanpa keluarga atau kerabat di sisi mereka. Fenomena ini melahirkan ide bisnis tak biasa dari seorang wanita muda asal Yogyakarta yang kini viral di media sosial karena menawarkan “jasa menemani orang di rumah sakit”.
Unggahan wanita tersebut sontak menjadi perbincangan publik, memancing beragam reaksi dari netizen. Tak hanya dianggap unik, ide ini juga dinilai memiliki nilai kemanusiaan tinggi di tengah kebutuhan emosional pasien yang kerap terabaikan. Di balik viralnya unggahan ini, tersimpan kisah menyentuh dari sosok di balik ide tersebut.
Pemilik akun TikTok @ciaayaa27, yang diketahui bernama Jihan F, mempublikasikan layanan “Jasa Menemani Orang di Rumah Sakit” dalam sebuah video singkat. Dalam unggahan tersebut, Jihan menulis:
“Hai gais aku sedang membuka jasa nemenin ke rumah sakit, pokoknya nemenin orang sakit, yang sendirian dan gak ada yang mendampingi boleh banget pakai jasa aku ya, Yogyakarta.”
Unggahan sederhana itu rupanya menarik perhatian banyak orang. Hingga kini, video tersebut telah ditonton lebih dari 942 ribu kali dan mendapat ribuan komentar dari warganet. Banyak yang mengekspresikan kekaguman sekaligus empati terhadap ide yang dinilai jarang terpikirkan oleh orang lain.
Salah satu netizen menulis, “Keren banget, aku juga kepikiran begini karena aku perawat dan sering lihat orang sakit sendirian, nggak tega banget 😭,” tulis akun @🍀🐈⬛.
Komentar lain datang dari @Humaira, yang berkata, “Kak, kamu kesepian ya? Tapi keren banget bisa rela membagi waktu buat orang lain. Semangat ya, aku bantu share ❤️.”
Sebagian pengguna lain justru mengaku penasaran apakah jasa tersebut benar-benar ada dan bagaimana sistemnya. “Ini beneran nggak sih? Menarik banget idenya,” tanya akun @Daysealatte💕.
Latar Belakang Ide Unik Ini
Dalam wawancara dengan media Wolipop, Jihan mengungkapkan bahwa gagasan ini muncul dari pengalaman pribadinya. Ia sering berkunjung ke rumah sakit dan mendapati banyak pasien, terutama lansia, yang datang tanpa pendamping. Kondisi itu membuatnya berpikir untuk membuka jasa pendamping pasien rawat jalan maupun rawat inap.
“Postingan saya tentang membuka jasa pendamping pasien rawat jalan dan caregiver opname,” ujar Jihan.
Ia menambahkan, “Saya sering lihat lansia sendirian di rumah sakit. Saya jadi berpikir, apa ada ya jasa yang nemenin berobat begitu? Soalnya keluarga di kota besar kan sibuk semua.”
Jihan, yang kini berusia 26 tahun, mulai menjalankan ide ini sejak Mei 2025. Ia mengaku banyak menerima permintaan, terutama dari keluarga pasien yang tinggal jauh atau tidak bisa mendampingi secara langsung.
Tarif dan Sistem Pelayanan
Menurut penuturannya, layanan ini memiliki sistem pemesanan yang fleksibel. Biasanya, keluarga pasien akan melakukan pemesanan terlebih dahulu sebelum jadwal kontrol atau rawat inap.
“Biasanya kalau lansia, keluarganya yang jauh sudah booking dulu. Untuk harga, masih cukup terjangkau, sekitar Rp 30 ribu per jam untuk rawat jalan,” jelas Jihan.
Selain sebagai bentuk layanan sosial, jasa ini juga menjadi peluang ekonomi baru yang bermanfaat. Ia menyesuaikan tarif berdasarkan jarak dan tingkat kebutuhan pasien.
Hingga saat ini, Jihan telah mendampingi sekitar 30 pasien di beberapa rumah sakit di Yogyakarta. Sebagian besar merupakan pasien rawat jalan, meski ia juga menerima permintaan untuk menemani pasien yang dirawat inap.
Tantangan di Lapangan
Meski tampak sederhana, pekerjaan ini ternyata tidak mudah. Jihan mengaku sering menghadapi tantangan, terutama saat mendampingi pasien lansia dengan kondisi emosional yang tidak stabil.
“Kebanyakan pasien lansia itu tantrum atau demensia. Kadang marah-marah, kadang lupa habis ngelakuin sesuatu. Kalau saya, biasanya cuma diam dan memperhatikan dulu,” ungkapnya.
Namun, di balik kesulitan itu, Jihan merasa bahagia bisa membantu orang lain yang membutuhkan dukungan. Ia juga kerap mendengar cerita haru dari pasien-pasien yang ditinggal sendirian di rumah karena anak-anaknya sibuk bekerja atau tinggal di luar kota.
“Banyak yang cerita kalau mereka tinggal sendirian, harus urus rumah, bersih-bersih, dan berobat sendiri padahal sudah renta. Rasanya sedih banget lihat mereka begitu,” tambahnya.
Respons Publik dan Potensi Bisnis Sosial
Fenomena “Jasa Menemani Pasien” yang dipelopori Jihan ini menunjukkan bahwa kebutuhan emosional dalam dunia kesehatan tak kalah penting dari kebutuhan medis. Banyak masyarakat menilai langkahnya bisa menjadi inspirasi bagi lahirnya bisnis sosial (social enterprise) yang menyentuh aspek kemanusiaan.
Selain memberikan dukungan moral bagi pasien, jasa seperti ini juga membuka peluang kerja baru bagi masyarakat dengan latar belakang perawatan atau keperawatan. Dalam jangka panjang, konsep ini berpotensi menjadi bagian dari industri layanan kesehatan informal yang berkembang pesat di Indonesia.
Jihan sendiri berharap inisiatifnya dapat diikuti oleh banyak orang di berbagai daerah, terutama di kota besar di mana gaya hidup modern membuat interaksi sosial menjadi semakin terbatas.
Dampak Positif di Masyarakat
Viralnya jasa ini memunculkan diskusi menarik di dunia maya tentang pentingnya perhatian sosial dan empati terhadap sesama. Banyak netizen berpendapat bahwa ide Jihan merupakan bentuk nyata kepedulian di tengah zaman yang cenderung individualistis.
Tak hanya itu, beberapa tenaga medis juga menilai kehadiran pendamping pasien bisa membantu memperlancar proses administrasi dan pengawasan bagi pasien yang membutuhkan perhatian ekstra.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mental dan dukungan emosional, peluang bisnis semacam ini diyakini akan terus berkembang ke depan.
Harapan Jihan
Meski awalnya hanya sebuah ide sederhana, Jihan berharap jasanya dapat memberikan manfaat besar bagi banyak orang. Ia juga terbuka untuk bekerja sama dengan lembaga sosial atau rumah sakit yang ingin menyediakan layanan serupa secara resmi.
“Kalau bisa, nanti ke depannya dibuat lebih terstruktur. Mungkin bisa kerja sama dengan rumah sakit atau lembaga sosial, biar pasien yang kesulitan dapat pendamping secara resmi,” ujarnya.(*)