Tengahviral.com, Jakarta – Tragedi meninggalnya mahasiswa Universitas Udayana, Timothy Anugerah, masih menyisakan luka mendalam bagi banyak pihak. Kepergian mahasiswa muda yang dikenal ramah dan berprestasi ini menggugah perhatian publik, terutama setelah sang ibu, Sharon, menyampaikan pesan yang penuh ketulusan dan pengampunan.
Dalam kondisi berduka, Sharon menunjukkan ketegaran luar biasa. Alih-alih diliputi amarah dan dendam kepada para pelaku perundungan yang diduga menjadi penyebab tekanan bagi putranya, ia memilih untuk memaafkan mereka sepenuh hati. Sikap Sharon ini membuat banyak warganet terharu dan menilai bahwa kasih seorang ibu mampu melampaui rasa sakit yang paling dalam.
“Yang Tante ingin lihat adalah mereka jadi orang benar, membantu orang lain, dan hidup dalam hikmat Tuhan,” ujar Sharon dalam wawancaranya bersama Denny Sumargo di kanal YouTube milik sang pembawa acara, dikutip Sabtu (25/10/2025).
Sikap Memaafkan di Tengah Luka Kehilangan

Sharon menuturkan bahwa dirinya tidak ingin membalas dendam atau menyimpan kebencian kepada para perundung. Ia justru berharap agar anak-anak yang dulu pernah menyakiti Timothy dapat memperbaiki diri dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam pernyataannya yang mengundang haru, Sharon bahkan menganggap para perundung tersebut sebagai bagian dari keluarganya. Ia menyebut, setelah kepergian putranya, dirinya kini memiliki “11 anak baru”.
“Saya akan punya 11 anak baru,” ucap Sharon dengan tenang.
Sikap ini menuai simpati luas dari masyarakat. Banyak warganet menilai bahwa ketulusan Sharon menjadi contoh nyata kekuatan seorang ibu dalam menghadapi kehilangan dan penderitaan.
Kronologi Tragedi Timothy Anugerah
Kasus ini bermula pada Rabu (15/10/2025) ketika mahasiswa Universitas Udayana (Unud) tersebut ditemukan meninggal dunia usai diduga melompat dari lantai 4 gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Denpasar. Peristiwa ini mengejutkan lingkungan kampus dan menyita perhatian publik, terutama karena dugaan kuat bahwa tindakan tersebut dipicu oleh tekanan psikologis akibat perundungan yang dialaminya.
Usai kejadian, muncul sejumlah tangkapan layar percakapan dari grup WhatsApp mahasiswa yang berisi komentar tidak pantas mengenai kematian Timothy. Dalam percakapan itu, beberapa individu tampak mengolok-olok peristiwa tersebut, menunjukkan sikap yang dianggap tidak empati terhadap rekan seangkatan mereka.
Isi percakapan tersebut kemudian menyebar luas di media sosial dan memicu kemarahan publik. Banyak pihak menilai bahwa kasus ini menunjukkan pentingnya kampus memperkuat sistem pencegahan dan penanganan perundungan di lingkungan pendidikan tinggi.
Reaksi Publik dan Seruan Keadilan
Kematian Timothy Anugerah memicu gelombang empati dan keprihatinan dari masyarakat luas. Ribuan warganet menyampaikan doa serta dukungan moral untuk keluarga korban. Tidak sedikit pula yang menuntut pihak universitas agar mengambil tindakan tegas terhadap pelaku perundungan dan memperbaiki sistem pengawasan mahasiswa.
Banyak kalangan menyoroti pentingnya peningkatan kesadaran terhadap isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Tekanan akademik, sosial, dan perundungan sering kali menjadi faktor yang memperburuk kondisi psikologis generasi muda. Oleh karena itu, tragedi ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk membangun lingkungan kampus yang lebih aman, inklusif, dan peduli terhadap kesejahteraan mental mahasiswa.
Salah satu warganet menulis di media sosial, “Semoga Timothy mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. Dan semoga kampus bisa lebih peka terhadap masalah perundungan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.”
Pengampunan Sharon dan Pesan Kemanusiaan
Sikap Sharon yang memilih untuk memaafkan para pelaku menjadi pesan moral yang kuat di tengah maraknya kasus perundungan di dunia pendidikan. Ia menegaskan bahwa tidak ada manfaat dari kebencian, melainkan harapan agar anak-anak muda bisa belajar dari kesalahan dan menjadi manusia yang lebih baik di masa depan.
Kasih seorang ibu seperti Sharon mengingatkan bahwa pengampunan bukan berarti melupakan, tetapi memberi kesempatan bagi orang lain untuk memperbaiki diri. Sikapnya juga menunjukkan kekuatan batin yang luar biasa dan memberikan pelajaran tentang pentingnya empati serta kemanusiaan.
Banyak tokoh publik dan aktivis pendidikan mengapresiasi tindakan Sharon yang dinilai mencerminkan kedewasaan emosional dan spiritual. Mereka berharap pesan ini menjadi pengingat bagi masyarakat agar tidak menyepelekan perundungan dalam bentuk apa pun, baik verbal, fisik, maupun digital.
Refleksi dan Langkah ke Depan
Tragedi yang menimpa Timothy Anugerah menjadi pengingat keras bahwa isu perundungan masih menjadi persoalan serius di lingkungan pendidikan. Universitas, pemerintah, dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk mencegah terulangnya kasus serupa melalui edukasi, konseling, dan kebijakan perlindungan mahasiswa.
Kasus ini juga membuka ruang diskusi yang lebih luas mengenai pentingnya pendampingan psikologis bagi mahasiswa. Banyak pakar menekankan bahwa kampus seharusnya menyediakan layanan konseling yang mudah diakses untuk membantu mahasiswa yang mengalami tekanan mental atau sosial.
Di tengah duka yang mendalam, sosok Sharon menjadi simbol kekuatan dan kasih yang tidak terbatas. Pilihannya untuk memaafkan bukan hanya memberikan ketenangan bagi dirinya sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap sesama.(*)
