Tengahviral.com, Jakarta – Konten kreator asal Korea Selatan, Kangmin Lee, sedang menjadi perbincangan hangat di media sosial X setelah komentarnya yang dianggap merendahkan budaya Asia Tenggara. Dalam cuitannya, Kangmin Lee menyebut orang Asia Tenggara yang makan nasi dengan tangan sebagai “barbar” dan “tidak higienis”. Ungkapan tersebut sontak memicu kecaman luas dari pengguna media sosial di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Kronologi peristiwa ini berawal dari unggahan seorang produser asal Amerika bernama Jack di platform X. Jack membagikan foto beberapa orang Asia yang sedang makan nasi menggunakan tangan tanpa alat makan, seraya mempertanyakan mengapa kebiasaan tersebut masih dilakukan. Cuitan ini menimbulkan berbagai reaksi, baik dari mereka yang menganggapnya menjijikkan maupun yang menilai hal tersebut sebagai bagian dari budaya yang harus dihormati.
Aktor asal Tiongkok, Simu Liu, turut menanggapi unggahan Jack dengan nada tegas. Ia menilai Jack sedang merendahkan budayanya sendiri demi mencari pengakuan dari kalangan kulit putih konservatif. “Kamu tidak punya otoritas atas apa pun, kamu hanya merendahkan budayamu sendiri supaya terlihat lebih bisa diterima oleh orang kulit putih konservatif,” tulis Simu Liu dalam tanggapannya pada Sabtu (25/10/2025).
Kangmin Lee Justru Tak Sependapat Dengan Simu Liu
Berbeda dengan Simu Liu, Kangmin Lee yang juga berasal dari Asia justru memberikan tanggapan yang bertolak belakang. Dalam cuitannya, ia menuduh Simu Liu berpura-pura membela budaya Asia hanya untuk mendapatkan simpati publik.
“Jangan tiba-tiba bersikap seolah-olah kamu peduli dengan orang Asia. Tidak semua orang yang tidak setuju denganmu berusaha menjilat kaum konservatif kulit putih seperti kamu menjilat kaum troon dan orang kulit hitam. Menyedihkan,” tulis Kangmin Lee.
Pernyataan tersebut memantik reaksi keras dari banyak pengguna media sosial. Alih-alih meminta maaf, Kangmin Lee semakin memanaskan suasana dengan menyebut bahwa makan menggunakan tangan adalah perilaku yang tidak beradab. “Orang Asia yang tidak mau makan nasi pakai tangan bukan berarti kita menjilat orang kulit putih. Itu namanya beradab dan higienis, dasar orang barbar,” ujarnya dalam unggahan lanjutan.
Ucapan Rasis dan Generalisasi Budaya Asia Tenggara
Kangmin Lee kembali membuat pernyataan yang memicu amarah publik dengan menegaskan bahwa orang Korea, Jepang, dan Tiongkok tidak makan nasi menggunakan tangan, dan bahwa kebiasaan tersebut hanya dilakukan oleh orang Asia Tenggara.
“Orang Korea, Jepang, dan China tidak makan nasi dengan tangan. Hanya orang Asia Tenggara,” tulisnya pada Jumat (24/10/2025).
Cuitan tersebut memancing reaksi keras, terutama dari pengguna media sosial asal Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Banyak yang menilai Kangmin Lee menunjukkan sikap rasis dan tidak menghargai keberagaman budaya di Asia. Beberapa warganet juga mengingatkan bahwa makan dengan tangan adalah tradisi yang memiliki nilai budaya dan spiritual di sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia.
Dalam tradisi Nusantara misalnya, makan dengan tangan dianggap lebih sopan dalam beberapa situasi dan diyakini dapat menambah kenikmatan makanan. Kebiasaan tersebut juga sudah menjadi bagian dari warisan budaya yang diwariskan turun-temurun.
Warganet Serang Balik: Sindiran Untuk Sikap Rasis
Usai cuitan kontroversial tersebut viral, ribuan pengguna X meluapkan kemarahan mereka terhadap Kangmin Lee. Banyak yang menuduhnya memiliki pandangan sempit dan merasa superior sebagai orang Korea Selatan.
Beberapa pengguna bahkan mengungkit reputasi masyarakat Korea Selatan yang kerap dikritik karena sikap rasis terhadap orang asing, terutama mereka yang berasal dari Asia Tenggara. “Bahkan terhadap sesama orang Korea yang tidak memiliki kulit putih bersih pun mereka bisa bersikap diskriminatif,” tulis salah satu pengguna X dari Indonesia.
Netizen menilai, komentar seperti yang dilontarkan Kangmin Lee hanya mempertegas stereotip negatif bahwa sebagian masyarakat Korea masih memandang rendah negara-negara Asia Tenggara. Padahal, hubungan sosial dan ekonomi antara Korea Selatan dan kawasan Asia Tenggara semakin erat dalam beberapa tahun terakhir, terutama melalui kerja sama industri hiburan dan pariwisata.
Respons Warganet dan Dampak Sosial
Sejumlah warganet dari Indonesia dan negara lain menyerukan agar Kangmin Lee meminta maaf secara terbuka. Mereka juga mengingatkan pentingnya memahami konteks budaya sebelum melontarkan komentar di ruang publik. Beberapa pengamat media sosial menilai kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana perbedaan budaya dapat menimbulkan kesalahpahaman jika tidak disertai sikap saling menghormati.
Selain itu, isu ini juga memperlihatkan bagaimana media sosial bisa menjadi wadah yang sensitif terhadap pernyataan diskriminatif. Banyak pengguna mengingatkan bahwa perilaku rasis, baik tersirat maupun tersurat, bisa menimbulkan dampak sosial yang luas, terutama di era globalisasi saat ini.
Kritik terhadap Kangmin Lee juga memunculkan diskusi lebih besar tentang pentingnya pendidikan lintas budaya. Para ahli menilai bahwa memahami perbedaan tradisi dan kebiasaan antarnegara di Asia dapat membantu mengurangi stereotip dan meningkatkan rasa saling menghormati.
Budaya Makan dengan Tangan: Antara Tradisi dan Identitas
Bagi sebagian besar masyarakat Asia Tenggara, makan dengan tangan bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian dari identitas budaya. Tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad dan bahkan memiliki nilai simbolis. Dalam beberapa kepercayaan, menyentuh makanan dengan tangan diyakini dapat memberikan energi positif dan menambah rasa syukur terhadap makanan yang dikonsumsi.
Di Indonesia, misalnya, masyarakat di berbagai daerah seperti Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi telah lama terbiasa makan dengan tangan. Tradisi serupa juga ditemukan di India dan beberapa negara Timur Tengah. Oleh karena itu, pandangan yang menyebut kebiasaan ini sebagai “barbar” dinilai tidak hanya merendahkan budaya, tetapi juga menunjukkan ketidaktahuan terhadap keberagaman dunia.
Kasus Kangmin Lee menjadi pelajaran penting bahwa perbedaan budaya tidak seharusnya dijadikan alasan untuk merendahkan pihak lain. Di era digital, setiap individu perlu lebih berhati-hati dalam berpendapat agar tidak menyinggung identitas dan nilai budaya masyarakat lain.
Sebagai konten kreator dengan pengaruh besar, tanggung jawab untuk menjaga etika dan menghargai keragaman menjadi hal penting. Ucapan atau tulisan yang menyinggung kelompok tertentu bisa menimbulkan dampak sosial yang serius dan memperburuk citra publik seseorang.
Hingga kini, Kangmin Lee belum memberikan klarifikasi resmi terkait cuitannya yang viral. Publik menunggu apakah ia akan meminta maaf atas pernyataannya atau tetap mempertahankan pandangannya.(*)
