Tengahviral.com, Jakarta – Menjelang penayangan musim ketujuh The Kardashians dan ulang tahunnya yang ke-45, Kim Kardashian mengumumkan kabar mengejutkan yang membuat publik terkejut. Dalam cuplikan serial tersebut, Kim mengungkap bahwa dirinya didiagnosis menderita aneurisma otak.
Dalam video yang ditampilkan, bintang reality show itu tampak menjalani pemindaian MRI untuk memastikan kondisi kesehatannya. Meski demikian, hingga kini belum ada pernyataan resmi mengenai tingkat keparahan aneurisma tersebut atau apakah Kim akan menjalani perawatan medis lebih lanjut.
Kabar ini langsung menjadi sorotan publik dunia hiburan sekaligus memunculkan kekhawatiran banyak pihak. Di tengah kesibukannya dengan berbagai proyek, termasuk serial All’s Fair, pengakuan Kim tentang kondisi kesehatannya membuat masyarakat ingin tahu lebih banyak tentang apa itu aneurisma otak dan seberapa berbahayanya penyakit ini.
Apa Itu Aneurisma Otak dan Mengapa Berbahaya?

Mengutip laporan Science Alert (28 Oktober 2025), Profesor Anatomi dari Lancaster University, Adam Taylor, menjelaskan bahwa aneurisma adalah pembengkakan atau pelebaran pada dinding pembuluh arteri akibat melemahnya lapisan dinding pembuluh darah. Kondisi ini bisa terjadi di berbagai bagian tubuh seperti aorta, leher, maupun otak.
Jika pembengkakan terjadi di otak, kondisi ini dikenal sebagai aneurisma serebral (cerebral aneurysm). Taylor menegaskan bahwa aneurisma otak bisa berakibat fatal karena jika pembuluh darah pecah, dapat menyebabkan pendarahan otak.
“Otak memiliki sistem pelindung alami bernama blood-brain barrier atau penghalang darah-otak yang berfungsi mencegah darah bersentuhan langsung dengan jaringan otak. Saat pembuluh darah di otak melemah atau pecah, sistem ini bisa rusak dan memicu kerusakan saraf serius,” ujar Taylor.
Siapa yang Berisiko Mengalami Aneurisma Otak?
Menurut penelitian Taylor, perempuan memiliki risiko 60 persen lebih tinggi mengalami aneurisma otak dibandingkan laki-laki. Risiko ini meningkat terutama setelah menopause karena penurunan kadar hormon estrogen yang berfungsi menjaga elastisitas pembuluh darah.
Selain itu, faktor genetik juga memainkan peran besar. Seseorang yang memiliki dua anggota keluarga dekat seperti orang tua, anak, atau saudara kandung dengan riwayat aneurisma memiliki peluang 11 persen lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa.
Sejumlah kelainan genetik juga dapat meningkatkan risiko aneurisma, di antaranya:
- Sindrom Ehlers-Danlos, yang menyebabkan kulit dan sendi terlalu lentur serta melemahkan pembuluh darah.
- Sindrom Marfan, dengan ciri tubuh tinggi dan lentur serta berisiko terhadap gangguan jantung.
- Sindrom Loeys-Dietz, yang membuat arteri berputar dan melebar.
- Neurofibromatosis tipe 1, menyebabkan pertumbuhan jinak di sepanjang saraf yang dapat melemahkan arteri.
Pengaruh Gaya Hidup dan Stres
Selain faktor biologis, gaya hidup juga berperan besar terhadap risiko aneurisma. “Merokok, baik aktif maupun mantan perokok, sangat terkait dengan pelemahan pembuluh darah. Meski berhenti merokok bisa menurunkan risiko, efek kerusakan pada pembuluh darah tidak sepenuhnya hilang,” jelas Taylor.
Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi juga dapat mempercepat kerusakan arteri. Dalam kasus Kim Kardashian, ia sempat mengaitkan stres dengan menurunnya kondisi kesehatannya.
Meskipun stres tidak secara langsung memicu aneurisma, tekanan darah yang meningkat akibat stres emosional bisa memperburuk pembuluh darah. Selain itu, penggunaan narkoba seperti kokain juga meningkatkan risiko karena menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan lonjakan tekanan darah mendadak.
Gejala dan Risiko Pecahnya Aneurisma Otak
Aneurisma otak sering kali tidak menunjukkan gejala hingga pembuluh darah membesar atau pecah. Taylor menjelaskan bahwa aneurisma yang pecah umumnya menimbulkan sakit kepala hebat secara tiba-tiba, sering disertai mual, muntah, gangguan penglihatan, hingga penurunan kesadaran.
Sementara itu, aneurisma yang belum pecah dapat menekan saraf di sekitar otak dan menimbulkan gejala seperti:
- Penglihatan kabur atau ganda
- Nyeri di sekitar mata
- Kekakuan pada leher
- Telinga berdenging
Aneurisma otak biasanya terdeteksi secara tidak sengaja saat pemeriksaan MRI atau CT Scan untuk keperluan medis lain. Setelah terdiagnosis, dokter akan menilai ukuran serta risiko pecahnya aneurisma, yang secara umum dikategorikan sebagai berikut:
- Kurang dari 7 mm: risiko kecil
- 7–12 mm: risiko sedang
- 12–25 mm: tergolong besar
- Lebih dari 25 mm: disebut giant aneurysm dengan risiko sangat tinggi
Tidak semua aneurisma memerlukan tindakan operasi. Aneurisma kecil yang stabil dapat dipantau melalui pencitraan medis rutin, sementara yang besar atau berisiko tinggi perlu segera ditangani dengan metode kliping atau pemasangan coil untuk mencegah pecahnya pembuluh darah.
Cara Mencegah dan Menjaga Kesehatan Pembuluh Darah Otak
Menjaga tekanan darah tetap stabil, berhenti merokok, mengontrol kolesterol, dan mengelola stres menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko aneurisma otak.
Taylor menegaskan, “Karena aneurisma sering tidak menimbulkan gejala hingga tahap berbahaya, setiap perubahan mendadak pada fungsi saraf sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.”
Masyarakat juga disarankan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, terutama jika memiliki riwayat keluarga dengan penyakit pembuluh darah. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah risiko fatal seperti pendarahan otak mendadak.(*)
