Tengahviral.com, Singapura – Perjalanan hidup seseorang sering kali membawa kejutan yang tak terduga. Hal ini dialami oleh Masita Ghani, mantan pramugari Singapore Airlines, yang kini menghabiskan hari-harinya berjualan nasi lemak di kawasan Serangoon Gardens Market, Singapura.
Keputusan besar itu ia ambil bukan karena keterbatasan kemampuan, melainkan demi bisa meluangkan lebih banyak waktu bersama keluarga, khususnya anak-anaknya. Setelah mengabdi sebagai pramugari selama 10 tahun, Masita mengaku bahwa kesibukan terbang keliling dunia memang memberi pengalaman berharga, tetapi membuatnya kehilangan banyak momen penting bersama keluarga.
Kini di usia 56 tahun, Masita menjalankan kedai kecil bernama Aliff Nasi Lemak, yang terinspirasi dari nama anaknya. Ia tidak hanya berjualan nasi lemak, tetapi juga menu rumahan lain seperti mi rebus dan pisang goreng, yang dimasaknya dengan resep keluarga.
Dari Pramugari hingga Pemilik Kedai
Usai mundur dari Singapore Airlines, Masita sempat mencoba bekerja di industri kosmetik. Namun, pekerjaan itu tetap menyita banyak waktunya sehingga ia merasa belum mampu memberikan perhatian penuh bagi keluarga. Akhirnya, ia bersama sang suami, Mohammad Fairus, memutuskan untuk membuka kedai makanan sederhana.
“Saat teman-temanku mengetahui aku akan menjadi seorang penjual makanan, mereka punya pikirannya sendiri. Mereka bilang, ‘Sayang sekali! Kamu pernah bekerja di SQ, kenapa ingin menjadi penjual makanan kaki lima?’” ujar Masita menirukan ucapan temannya, dikutip dari The New Paper.
Bagi Masita, keputusan ini bukan soal gengsi. Sejak muda ia memang bermimpi menjadi pramugari, tetapi setelah menjalani profesi itu selama bertahun-tahun, ia menyadari ada mimpi lain yang lebih penting: hidup lebih dekat dengan keluarga dan anak-anaknya.
Bahagia dengan Pilihan Baru
Bekerja sebagai pramugari membuat Masita terbiasa menjalin hubungan baik dengan banyak orang, sebuah pengalaman yang kini membantunya melayani pelanggan di kedai makanannya. Namun, ia mengaku sempat mempertanyakan kebahagiaannya saat masih bekerja di maskapai.
“Semua ini untuk masa depan anak-anakku. Hidup di Singapura tidak mudah, butuh banyak uang. Aku ingin anak-anakku mendapatkan hidup yang lebih baik,” jelas Masita.
Meski keputusannya dianggap kontroversial oleh sebagian orang, Masita menegaskan bahwa setiap orang berhak memperjuangkan apa yang mereka inginkan. Baginya, pilihan untuk meninggalkan dunia penerbangan dan beralih menjadi penjual nasi lemak adalah langkah menuju kebahagiaan sejati.(*)